“Ber-Koloni di Negeri 5 Menara,” Bincang-bincang Seru bersama Penulis Ratih Kumala dan A. Fuadi

oleh -108 Dilihat
oleh
Bincang-bincang bersama Ratih Kumala dan A. Fuadi
Bincang-bincang bersama Ratih Kumala dan A. Fuadi

Padang – Toko buku Gramedia Padang, Minggu (7/9) menyelenggarakan “Meet n Greet bersama penulis Ratih Kumala dan A. Fuadi. Kedua nama tersebut merupakan penulis kenamaan tanah air yang telah banyak menghasilkan karya. Acara yang dipandu oleh Nisya Tri Yolanda ini bertajuk “Ber-Koloni di Negeri 5 Menara”. Tema ini beranjak dari karya kedua penulis. Koloni merupakan karya terbaru dari Ratih Kumala sedangkan Negeri 5 Menara sebuah karya monumental dari A. Fuadi.

Bincang-bincang bersama Ratih Kumala dan A. Fuadi
Bincang-bincang bersama Ratih Kumala dan A. Fuadi

Kehadiran kedua penulis di kota Padang disambut antusias oleh kalangan pembaca mereka. Terbukti dari banyaknya peserta yang hadir sebelum acara dimulai yaitu pukul 15.30 wib. Bahkan sebagian dari peserta merupakan gen-Z. Tepat usai azan ashar berkumandang moderator pun membuka acara bincang-bincang itu.

Kedua penulis sebagai narasumber acara menceritakan berbagai hal tentang buku mereka masing-masing. Ratih Kumala yang juga merupakan penulis Gadis Kretek berbicara tentang novel Koloni. Karya teranyarnya yang beranjak dari kegelisahan terhadap keadaan bangsa saat ini. “Buku Koloni ini merupakan cara saya menyalurkan amarah, kekesalan dan rasa frustrasi melihat kondisi bangsa dan negara saat ini. Ide itu kemudian saya kembangkan dan tulis pada tahun 2024. Ada sekitar 9 hingga 10 bulan saya mengerjakannya,” urai Ratih.

Selain itu ia juga mengungkapkan ide untuk menggunakan semut sebagai karakter dalam ceritanya juga tidak direncanakan dari awal. Namun mulanya ditulis dengan karakter manusia. Akan tetapi ia merasa penggunaan tokoh manusia kurang pas. Maka ia pun mengganti karakternya dengan semut.

Lain lagi dengan A. Fuadi yang berbicara tentang bagaimana kehidupan sederhananya di kampung, maninjau dan suka duka sebagai siswa pesantren menjadi latar cerita yang mampu memikat banyak orang. “Kisah Negeri 5 Menara berangkat dari kehidupan saya selama tinggal di Maninjau, Agam serta pergulatan sebagai siswa pesantren. Garis besar dari cerita ini ialah perjuangan tokoh utama, Alif dalam meraih mimpi-mimpinya, juga ada tentang hubungan keluarga, dan persahabatan. Ditambah dengan sedikit drama-drama yang bisa bikin pembaca suka.”

Acara bincang-bincang yang berlangsung hampir dua jam itu pun berlangsung hangat. Bukan hanya cerita dari narasumber, tetapi moderator juga memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk menyampaikan pertanyaan yang lalu dijawab oleh narasumber. Sebelum acara ditutup para peserta pun berkesempatan untuk mengikuti sesi tanda tangan dan foto bersama dengan kedua penulis. (Ade)