PADANG,KLIKSIAR— Di tengah riuh rendah dunia pendidikan yang kerap kekurangan perhatian, Ketua DPRD Sumatera Barat, Muhidi, melangkah masuk dengan satu pesan sederhana: guru juga manusia, dan mereka layak dihargai.
Selasa, 14 Oktober 2025, halaman SMA Negeri 10 Padang menjadi saksi bisu penyerahan simbolik seragam batik untuk para ASN dan PPPK tenaga pendidik. Seragam yang selama ini hanya jadi wacana, kini menjadi kenyataan. Kepala sekolah Muhammad Isya menerima langsung bantuan tersebut, mewakili puluhan guru yang selama bertahun-tahun tak lagi mengenakan batik seragam.
“Sudah lama kami tidak mendapat seragam batik. Ini bukan soal kain, ini soal penghargaan,” ujar Isya, matanya berbinar.
Muhidi, yang dikenal vokal soal isu pendidikan, menyebut bahwa bantuan ini bukan sekadar formalitas. “Saya beri apa yang dibutuhkan, bukan apa yang saya inginkan. Seragam batik ini untuk memantik semangat guru dalam mendidik generasi emas 2025,” katanya.
Tak berhenti di seragam, Muhidi juga membeberkan tiga program strategis untuk siswa: bantuan buku, pelatihan kepemimpinan lewat LDK, dan penguatan literasi. “Kita tidak bisa bicara masa depan kalau hari ini saja kita abai,” tegasnya.
SMA Negeri 10 Padang bukan satu-satunya penerima. Tiga sekolah lain—SMA Negeri 1, 2, dan 3 Padang—juga mendapat seragam batik serupa. Tapi bagi guru-guru SMA 10, hari itu terasa istimewa. Bukan karena batiknya, tapi karena ada yang akhirnya melihat mereka.
Dan mungkin, itu yang paling mereka butuhkan.