Pariaman Belajar dari “Nabuang Sarok”, Semen Padang Siap Daur Ulang Sampah Jadi Solusi Energi

oleh -513 Dilihat
oleh

PADANG,KLIKSIAR—  Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi, menyambangi kompleks PT Semen Padang dalam kunjungan kerja yang membawa misi ekologis. Ia tak datang sendiri rombongan pejabat teknis menyertainya, mulai dari Kepala Dinas PRKP-LH Feri Andri hingga Kepala BPKAD, Rabu (9/7).

Tujuan mereka satu: menjajaki kerja sama dalam pengelolaan sampah yang kini genting menyusul tekanan regulasi pusat.

Pertemuan ini bukan sekadar basa-basi. Kota Pariaman tengah dikejar tenggat waktu. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 361 Tahun 2025 mewajibkan penghentian sistem pembuangan terbuka di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tungkal Selatan sebelum 17 Oktober 2025. Dengan timbulan harian mencapai 40–45 ton, Kota Pariaman perlu solusi cepat, terukur, dan berkelanjutan.

“Open dumping sudah bukan zamannya. Kami ingin migrasi ke sanitary landfill. Tapi kami juga butuh mitra yang tahu medan,” ujar Mulyadi dalam diskusi. Ia menyebut PT Semen Padang sebagai kandidat kuat, merujuk pada kiprah perusahaan semen tersebut dalam pengelolaan limbah dan dedikasi terhadap agenda lingkungan.

PT Semen Padang menyambut tangan terbuka. Kepala Departemen Hukum & Komunikasi Iskandar Z Lubis menggarisbawahi komitmen korporat mereka dalam mendorong sirkular ekonomi dan transisi bahan bakar dari fossil ke biomassa. Di tengah perbincangan, tersisip konsep yang sudah berjalan: Program “Nabuang Sarok”.

“Nabuang Sarok bukan cuma soal daur ulang. Ini soal membuat sampah bernilai,” papar Kepala Unit Komunikasi dan Kesekretariatan Ilham Akbar. Ia menyebut sistem TPS3R yang dijalankan lewat Koperasi Desa Merah Putih sebagai tulang punggung program tersebut.

Skemanya terstruktur. Sampah yang sudah dipilah dari rumah tangga dikirim ke bank sampah, lalu disetor ke PT Semen Padang. Di sana, material diolah dan konversi dilakukan lewat aplikasi: poin-poin ditukar dengan hadiah. Jenis sampah yang diterima meliputi kertas, tekstil, ranting, plastik, hingga minyak jelantah. Masing-masing dihargai dengan poin yang berbeda.

Pengelolaan pun menyentuh hulu dan hilir. Sampah anorganik yang telah dicacah digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Sampah organik diserahkan kepada penggiat maggot, yang hasil budidayanya dipasarkan ke sektor perikanan dan pertanian.

Ilham menambahkan bahwa seluruh proses ini akan dikonsolidasikan ke dalam program Koperasi Desa Merah Putih yang dijadwalkan rilis pada Juli 2025. “Problem sampah bukan hanya urusan pemerintah. Ini tentang kolaborasi lintas sektor antara masyarakat, badan usaha, dan pemerintah daerah,” ujarnya. (***)