Sam Salam : Emeritus Leader Menggali Energi Pemimpin Masa Lalu untuk Masa Depan

oleh -223 Dilihat
oleh

Setiap manusia memiliki kepiawaian yang berbeda, termasuk mereka yang telah melewati masa pensiun atau tidak lagi menjabat sebagai pemimpin daerah. Mantan gubernur, wali kota, bupati, atau pejabat lainnya adalah sosok-sosok hebat yang pantas diberi penghormatan sebagai _Emeritus Leader_ . Sayangnya, apresiasi terhadap mereka sering kali terabaikan, padahal pengalaman mereka adalah aset berharga bagi pembangunan bangsa.

Konsep _Emeritus Retread_ —mengumpulkan energi dan pengalaman para mantan pemimpin—seharusnya menjadi langkah strategis untuk menggali wawasan mereka yang telah terbukti qualified dan expert. Kepala daerah yang baru dilantik perlu menjalin komunikasi dengan pendahulunya, bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga untuk melanjutkan program-program yang telah dirancang demi kepentingan masyarakat.

Efisiensi menjadi kunci. Program yang telah dianggarkan melalui uang rakyat oleh pemimpin sebelumnya harus dilanjutkan, bukan dihapuskan demi ego politik. Presiden Prabowo, misalnya, menunjukkan bagaimana kesinambungan kebijakan menjadi bagian penting dalam membangun bangsa, dengan melanjutkan pekerjaan yang telah dirintis oleh pendahulunya, termasuk mantan Presiden Jokowi.

Di tingkat daerah, Bupati Kabupaten Solok, John Pandu, dapat mengambil pelajaran dari jejak bupati terdahulu seperti Gusmal, Syamsu Rahim, dan Epyardy Asda. Kolaborasi antar generasi pemimpin ini bukan hanya mengurangi biaya, tetapi juga memastikan program yang sudah berjalan tetap memberikan manfaat bagi masyarakat. Persaingan yang tidak sehat hanya akan merugikan rakyat, sementara konsep “bersaing untuk bersanding” adalah solusi yang saling menguntungkan.

Sosok seperti Gamawan Fauzi, yang pernah menjabat sebagai bupati, gubernur, hingga menteri, adalah contoh _Emeritus Leader_ yang layak dilibatkan dalam diskusi kebijakan. Pengalaman dan wawasan mereka dapat menjadi panduan bagi para pemimpin daerah pemula yang sering kali merasa lebih ahli dibandingkan pendahulunya. Padahal, mengabaikan pengalaman para mantan adalah tindakan yang tidak bijak.

Konsep _Emeritus Retread_ memang belum populer di Indonesia, tetapi penting untuk mulai diterapkan. Menghargai pendahulu bukan hanya soal etika, tetapi juga strategi untuk memanfaatkan segudang pengalaman mereka demi kemaslahatan masyarakat. Pemimpin yang bijak adalah mereka yang mampu belajar dari sejarah, menghormati pendahulu, dan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pijakan untuk melangkah lebih jauh.

Kolaborasi lintas generasi pemimpin adalah kunci untuk menciptakan kesinambungan kebijakan yang efisien dan berdampak nyata. Dengan menggali energi para _Emeritus Leader_ , Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih baik, berlandaskan pengalaman dan kebijaksanaan mereka yang telah terbukti. Jangan biarkan ego politik menghalangi potensi besar yang dimiliki oleh para pemimpin masa lalu. Mereka adalah aset, bukan sekadar kenangan.