Semen Padang Kobarkan Semangat Bangkit di HUT ke-80 RI: “Kita Lebih Tua dari Republik, Tapi Harus Lebih Muda Semangatnya

oleh -494 Dilihat
oleh

PADANG,KLIKSIAR— Di tengah tantangan industri yang makin menggigit, PT Semen Padang memilih untuk tidak sekadar bertahan. Mereka bangkit. Dan momentum HUT ke-80 Republik Indonesia menjadi panggungnya.

Plaza Kantor Pusat perusahaan berubah menjadi arena refleksi dan tekad. Ribuan karyawan berkumpul, mengenakan pakaian adat, menyimak pidato Direktur Utama Pri Gustari Akbar yang tak hanya membakar semangat, tapi juga menggugah kesadaran.

“Delapan puluh tahun lalu, para pendiri bangsa berdiri di garis depan, menghadapi meriam dengan bambu runcing. Pertanyaannya pagi ini: Apakah kita siap mengisi kemerdekaan dengan perjuangan yang setara?” ucap Pri, lantang dan penuh tekanan, minggu pagi (17/8).

Ia tak bicara angka penjualan. Ia bicara warisan. Semen Padang, berdiri sejak 1910, lebih tua dari Republik itu sendiri. “Kita menjaga aset bangsa. Kita bukan sekadar pabrik. Kita adalah saksi lahirnya Indonesia merdeka,” tegasnya.

Upacara yang berlangsung khidmat itu dihadiri jajaran komisaris, direksi, staf, hingga Forum Komunikasi Istri Karyawan Semen Padang (FKIKSP). Petugas upacara berasal dari Yayasan Igasar Semen Padang. Semua bersatu dalam satu irama: mengenang, merayakan, dan meneguhkan.

Pri tak menutup mata terhadap realitas. Ia menyebut tantangan industri semen: persaingan ketat, biaya tinggi, tekanan harga. Tapi ia juga mengingatkan, sejarah telah membuktikan bahwa Semen Padang selalu punya pilihan: bangkit atau hilang.

“Kita akan bangkit! Sekarang! Di sini! Bersama-sama! Demi kejayaan Semen Padang, demi Indonesia,” serunya, mengakhiri amanat dengan nada yang lebih mirip deklarasi.

Tahun ini, Semen Padang mendapat mandat besar dari SIG: mengelola cement plant, packing plant, pelabuhan, logistik, dan memimpin pemasaran di enam provinsi Sumatera. “Ini bukan sekadar pekerjaan. Ini adalah kepercayaan. Dan setiap kepercayaan adalah ujian,” kata Pri.

Rangkaian upacara tak berhenti di pidato. Hadiah lomba puisi dibagikan, dengan tiga kategori: Anak, Remaja, dan Karyawan. Nama-nama seperti Shauqia Almaira, Suci Khairunnisa, dan Vischa Dipama menjadi simbol bahwa seni dan semangat bisa tumbuh di tengah industri.

Lomba menghias pintu masuk unit kerja juga diumumkan. Procurement keluar sebagai juara, disusul Kas & Verifikasi dan Staf Portofolio. Indarung VI dan Internal Audit mendapat penghargaan harapan.

Acara ditutup dengan teatrikal perjuangan, paduan suara, lukisan langsung oleh guru Semen Padang School, dan lomba khas 17-an di Lapangan Cubadak. Direksi dan staf ikut turun ke lapangan, bukan sekadar menyaksikan, tapi ikut memeriahkan.

Di usia 115 tahun, Semen Padang tak ingin dikenal hanya karena umur. Mereka ingin dikenang karena semangat. Karena keberanian. Karena kebangkitan.

Dan pagi itu, di bawah langit Padang, semangat itu dikobarkan. Bukan lewat slogan, tapi lewat tekad yang nyata. (***)