Kesiapsiagaan Bencana Tidak Bisa Ditawar, Padang Siap Hadapi Segala Kemungkinan

oleh -355 Dilihat
oleh

Padang,Kliksiar– Bencana tidak pernah memilih waktu yang nyaman. Ia datang tiba-tiba, tanpa aba-aba, tanpa memberi kesempatan untuk bersiap. Pemerintah Kota Padang sadar betul akan hal itu. Tidak ada ruang untuk lengah. Tidak ada tempat untuk bersikap pasif.

Rabu pagi, di Tugu Gempa, Wali Kota Padang Fadly Amran berdiri di hadapan pasukan dan peralatan kesiapsiagaan bencana. Ini bukan sekadar apel biasa. Ini pesan tegas: Padang harus selalu sigap.

Fadly tidak ingin kesiapsiagaan bencana hanya menjadi dokumen di meja rapat. Ia ingin sistem yang nyata, yang bekerja di lapangan. Maka lahirlah Padang Sigap, sebuah kerangka yang memastikan infrastruktur diperkuat, sistem komunikasi ditingkatkan, dan Early Warning System (EWS) dipasang di berbagai titik di Sumatera Barat.

“Kita tidak boleh hanya mengandalkan insting saat bencana datang. Sistem ini harus dikenali dan dipahami oleh masyarakat. Jangan sampai ada peringatan yang tidak dimengerti,” ujarnya.

Bencana bukan hanya gempa. Kota Padang berada di cekungan, setiap hujan deras berpotensi menimbulkan banjir. Saat kemarau, ancaman kekeringan mengintai. Tidak ada bencana yang bisa dianggap sepele.

Pemko Padang tidak berhenti di peralatan. Mereka berkoordinasi dengan Forkopimda untuk menggelar simulasi secara berkala. Karena alat bisa ada, tetapi tanpa edukasi, masyarakat tetap rentan.

“EWS juga mendapat penambahan dari BNPB dan saat ini dalam tahap pengerjaan. Ini akan memengaruhi response time kita. Dengan Padang Command Center, hotline penanganan darurat bisa lebih cepat,” jelasnya.

Selain itu, Pemko Padang memperkuat Kelompok Siaga Bencana, karena tidak semua penanganan bisa bergantung pada aparat.

“Kita akan beri pelatihan, agar masyarakat juga siap terlibat langsung saat bencana terjadi,” tambahnya.

Di tingkat nasional, BNPB juga memastikan bahwa Sumatera Barat mendapatkan perhatian serius. Sekretaris Utama BNPB, *Rustian* , menegaskan bahwa Sumbar menghadapi semua jenis bencana: alam, non-alam, sosial. Tidak bisa diselesaikan sendiri, harus ada sinergi.

“Kami sudah memulai dengan rapat koordinasi bersama kepala daerah. Selain itu, kami menggelar kuliah umum di Universitas Andalas. BNPB berusaha masuk ke semua lini, karena kita tahu bahwa Indonesia adalah wilayah rawan bencana,” ujarnya.

Ancaman Megathrust Mentawai masih menjadi momok. Tidak ada yang tahu kapan lempeng itu akan bergerak, tetapi Rustian berharap gempa-gempa kecil bisa mengurangi tekanan energi secara bertahap.

“Megathrust ini belum pernah lepas. Kita berharap energinya bisa dilepaskan sedikit demi sedikit, bukan dalam satu kali guncangan besar,” imbuhnya.

Namun harapan tidak cukup. Kota Padang harus selalu siap. Jalur evakuasi harus ditetapkan, latihan minimal digelar setiap enam bulan, masyarakat harus tahu apa yang dilakukan saat bencana datang.

“Tidak boleh ada yang tidak siap. Ini bukan soal menghindari bencana, karena itu mustahil. Ini soal memastikan bahwa saat bencana terjadi, Kota Padang tetap berdiri,” tegasnya.

Bencana tidak menunggu kesiapan. Jika tidak ada langkah konkret, yang terjadi bukan hanya kerusakan, tetapi korban. Dan Padang tidak ingin membayar harga itu dengan kelalaian.  (***)