Evakuasi di Tengah Teror: TNI-Polri Selamatkan Guru dan Tenaga Medis Korban Serangan KKB di Yahukimo

oleh -59 Dilihat
oleh

*JAYAPURA* – Langit Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, masih menyimpan bayang-bayang gelap pasca-serangan brutal Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Minggu (23/3). Operasi gabungan antara TNI di bawah Kogabwilhan, Polri yang tergabung dalam Satgas Ops Damai Cartenz-2025, dan Polda Papua berhasil melakukan evakuasi korban meski menghadapi medan yang sulit hanya dapat diakses melalui udara.

Sepuluh orang guru dan tenaga medis menjadi korban dalam serangan yang disebut Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Damai Cartenz-2025, sebagai tindakan biadab. Satu korban, Rosalina Rerek Sogen, seorang guru asal Flores, meninggal dunia. Tiga lainnya mengalami luka berat, empat menderita luka ringan, sementara dua orang warga asli Yahukimo memilih tetap berada di distrik.

“Ini adalah tindakan keji terhadap mereka yang seharusnya dihormati karena tugas mulia mereka. Guru dan tenaga medis yang diserang adalah simbol harapan bagi anak-anak Papua,” tegas Faizal saat mendampingi proses evakuasi.

*Perjuangan di Medan Sulit*

Transportasi udara menjadi satu-satunya jalur untuk mengevakuasi korban ke Jayapura. Dalam keterbatasan itu, delapan korban berhasil dievakuasi, termasuk guru dan tenaga kesehatan yang mendedikasikan hidup mereka untuk pelayanan pendidikan dan kesehatan di pedalaman Papua.

Korban luka-luka dirujuk ke RSAD Marthen Indey untuk mendapatkan perawatan medis. Penus Lepi, guru asal Yahukimo yang dinyatakan sehat, dipulangkan ke distrik setelah menjalani pemeriksaan. Dua korban lainnya, Lenike Saban dan Erens Sama, warga asli Yahukimo, memilih tetap tinggal di distrik atas permintaan mereka sendiri.

*Meninggalkan Luka, Memantik Perlawanan*

Serangan yang menargetkan tenaga pendidik dan medis bukan sekadar tindakan kekerasan fisik, tetapi juga upaya untuk menghentikan roda pembangunan di sektor-sektor paling vital di Papua. Faizal menegaskan bahwa negara tidak akan menyerah. “Kejadian ini justru menjadi bukti bahwa kekejaman mereka nyata, dan kami tidak akan mundur dari komitmen kami untuk membangun Papua,” ucapnya.

Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2025, Kombes Pol. Yusuf Sutejo, menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk tetap tenang di tengah situasi genting. “Kami mengimbau masyarakat agar tidak terpancing oleh propaganda yang menyesatkan. Aparat keamanan akan terus meningkatkan patroli dan pengamanan di wilayah rawan,” katanya.

*Harapan di Tengah Gelap*

Situasi di Distrik Anggruk perlahan terkendali, dengan bantuan kemanusiaan mulai mengalir ke warga terdampak. Namun, bayangan teror masih membayangi, mengingat aparat keamanan masih melakukan pengejaran terhadap pelaku serangan.

Evakuasi ini tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga menjadi simbol perjuangan untuk mempertahankan harapan di tengah ancaman. Para guru dan tenaga kesehatan yang menjadi korban serangan brutal adalah bukti nyata bahwa meski dihadapkan pada kekejaman, dedikasi mereka untuk anak-anak Papua tidak pernah surut.

Di tanah penuh tantangan ini, perlawanan terhadap ketakutan terus tumbuh, menyiratkan pesan bahwa harapan tidak akan pernah padam di bumi Cenderawasih. Negara tetap hadir, tak hanya untuk melawan kekejaman, tetapi juga untuk menyokong mimpi yang terus hidup di hati rakyatnya. (***)