PARIAMAN, —Pengusaha Muhammad Najmi menggelar sosialisasi berkebun talas (Colocasia esculenta L) pada kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se Kota Pariaman, di tempat sarapan katupek gulai tunjang Warung Uni Piak Sontak, di Toboh Karambia Nagari Lareh Nan Panjang Barat, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman, Minggu (14/7/2024).
Pada kesempatan itu, Muhammad Najmi yang didampingi Boiziardi, SH, MH (Bakal Calon Walikota Pariaman), menyampaikan kepada kader Muhammadiyah Pariaman bahwa berkebun talas saat ini mempunyai prospek yang menjanjikan.
“Makanya kita mengajak para kader, maupun persyarikatan Muhammadiyah, khususnya di ranting maupun di cabang dan daerah, untuk usaha berkebun talas,” ujar Najmi, yang mana selain sebagai pengusaha, ia juga salah seorang Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar yang membidangi wakaf.
“Talas atau keladi merupakan tumbuhan penghasil umbi-umbian yang dapat dikonsumsi dan memiliki banyak kegunaan dalam berbagai hal. Misalnya dibuat tepung, dan kripik talas sebagai industri rumahan,” terang Najmi.
“Talas juga dijadikan sebagai pengganti nasi, karena karbohidratnya yang rendah gula,” tambahnya.
Disampaikan Najmi, dibangun kerjasama antara persyarikatan sebagai penyedia lahan dengan pemodal (pribadi-pribadi), dan kemudian saat panen, bagi hasil.
Persyarikatan mengusahakan lahan seluas sekitar 1000 m2, yang akan ditanam talas. Kemudian modal dari pribadi-pribadi, dimana dibutuhkan sebanyak Rp8 juta sampai panen pada lahan 1000 m2 tersebut.
Dengan modal Rp8 jt itu, kata Najmi, sudah termasuk pembelian bibit, pupuk, serta upah pengolahan lahan dan perawatan.
Dalam 7 bulan, talas sudah bisa dipanen, dimana hasilnya sekitar 4 ton umbi untuk 1000 m2 tadi, dengan harga Rp5000/kg. “Jadi didapatkan sekali panen itu sekitar 20 jt,” terang Najmi.
Diusahakan dalam setahun itu, dua kali panen. Jadi dengan modal 16 jt, didapatkan hasil Rp40 jt. Dimana keuntungannya Rp24 jt.
Keuntungan inilah yang bagi hasil, dimana 10% untuk persyarikatan, 10% panti asuhan, 40% pemodal, dan 40% pemilik lahan/pengelola.
Dengan diberikannya keuntungan kepada panti, kata Najmi, di samping berbisnis urusan dunia, tapi akhirat terbawa. Kemudian ini sebagai pemberdayaan bagi kader dan persyarikatan.
“Sudah ada rencana percontohan, di Ranting Muhammadiyah Kubang Lubuk Basung, dimana prosesnya sudah sampai kepada penandatanganan MoU”, tukas Najmi.
Ketika ada pertanyaan dari kader mengenai pasca-panen, dikatakan Najmi bahwa hasil panen akan dibeli oleh perusahaan.
(Ika)