Perayaan Budaya Etnis Minang di Kapal Wisata Samarinda: Rajut Identitas dan Harmoni di Kalimantan Timur

oleh -43 Dilihat
oleh

*Oleh: Dr.(HC) Hendra Putra, M.H., M.B.A.*

(Sekretaris DPW IKM Kaltim)

Kota Samarinda baru-baru ini menjadi saksi kekayaan budaya Nusantara melalui penampilan musik etnis Minang, yaitu rabab dan saluang. Penampilan ini dipersembahkan oleh seniman berbakat Alkawi, di atas kapal wisata Mahakam, dan diinisiasi oleh Penjabat Gubernur Kalimantan Timur, Prof. Dr. Akmal Malik. Beliau adalah putra Minang dari Dharmasraya Sumatra Barat, yang berupaya untuk melestarikan budaya tradisional sekaligus memperkuat harmoni antarbudaya di provinsi ini.

*Melestarikan Identitas Minang di Perantauan*

Penampilan rabab dan saluang menciptakan nuansa kampung halaman bagi ribuan perantau Minang yang tinggal di Kalimantan Timur. Alunan melodi rabab yang mendayu dan tiupan saluang yang merdu membawa kerinduan dan kebanggaan tersendiri. Banyak di antara mereka yang hadir terharu dan menitiskan air mata, teringat akan tradisi kampung halaman mereka. Musik ini bukan hanya hiburan, melainkan juga medium untuk menjaga dan memperkuat identitas budaya yang sering tergerus oleh arus modernisasi di tanah rantau.

Bagi komunitas Minang, acara ini memiliki makna yang mendalam. Di tengah dinamika hidup sebagai perantau, musik tradisional seperti rabab dan saluang menjadi penghubung spiritual dengan leluhur serta simbol kekuatan adat dan falsafah Minangkabau, yaitu “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”

*Memperkaya Ragam Budaya Kalimantan Timur*

Kalimantan Timur, khususnya Samarinda, dikenal sebagai miniatur Indonesia dengan keragaman budaya yang luar biasa. Penampilan musik Minang di kapal wisata tidak hanya memikat hati komunitas Minang, tetapi juga menjadi momen edukasi bagi masyarakat lokal dan wisatawan yang hadir. Acara ini memperkuat semangat persatuan dalam keberagaman di Kalimantan Timur.

Upaya ini menunjukkan bagaimana budaya etnis dapat beradaptasi dan menyatu dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Timur yang pluralis. Musik tradisional Minang menjadi medium interaksi yang memperkaya khazanah budaya lokal, melahirkan peluang kolaborasi dengan seni khas Dayak atau Banjar.

*Menuju Wisata Budaya yang Inspiratif*

Acara ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun hubungan lintas budaya yang lebih erat di Kalimantan Timur. Jika acara serupa diadakan secara rutin, bukan tidak mungkin bahwa Samarinda dapat menjadi destinasi wisata budaya yang mengintegrasikan tradisi lokal dan tradisi dari berbagai daerah lain di Indonesia.

Penampilan Alkawi dengan rabab dan saluang tidak sekadar hiburan, melainkan sebuah perayaan keberagaman yang mengingatkan kita bahwa meskipun berbeda, setiap budaya memiliki ruang yang sama dalam harmoni nusantara. Inisiatif dari Penjabat Gubernur Kalimantan Timur ini patut diapresiasi dan diikuti sebagai contoh nyata bagaimana seni dapat menjadi jembatan antarbudaya.

Dengan program seperti ini, identitas Minang tetap hidup di tanah rantau, dan Kalimantan Timur memperkokoh posisinya sebagai wilayah yang menjunjung tinggi nilai keberagaman. (Red)