Peresmian Museum Tari Menandai Dimulainya Peringatan 40 Tahun Ery Mefri Berkarya

oleh -624 Dilihat

Padang, — Untuk mengabadikan perjalanan sejarah dan rekam jejaknya dalam berkarya, Ery Mefri seorang maestro tari/koreografer kontemporer yang menjadikan budaya Minangkabau sebagai akarnya, meresmikan Museum Tari Ery Mefri di Ladang Tari Nan Jombang Balai Baru Padang, Rabu (1/11/2023).

Peresmian Museum Tari Ery Mefri ini sekalian menandakan dimulainya acara Peringatan 40 Tahun Ery Mefri Berkarya sekaligus HUT ke-40 Nan Jombang Dance Company yang ia dirikan pada 1 November 1983.

Banyak dari karya-karya Ery Mefri yang menjadi masterpiece yang menginspirasi seniman-seniman saat ini di dalam berkarya.

Dalam sambutannya, Angga Djamar, selaku manajer dan penari Nan Jombang Dance Company, yang juga Direktur KABA Festival, Festival Nan Jombang, dan West Sumatera Performing Arts Market (WSPAM) dengan sabak menyampaikan sejarah Nan Jombang Dance Company, hingga pecapaiannya hari ini setelah 40 tahun melalui suka duka dalam berkarya.

“Cinta lah yang bisa membuat Nan Jombang Dance Company seperti sekarang ini,” ujar Angga Djamar dengan mata berair karena haru.

“Museum ini kita dedikasikan khususnya untuk generasi muda. Isinya belum sempurna, tapi kita akan mencoba melengkapinya,” imbuh Angga.

Kemudian Rieka Nur Asy Syam, Program Officer Bakti Budaya Djarum Foundation, mengapresiasi sejarah Nan Jombang Dance Company sampai tahun ke-40 yang penuh pengorbanan serta suka dan duka.

“Tidak banyak pencapaiannya sampai ke-40 tahun. Dan kita dari Bakti Budaya Djarum Foundation akan tetap mendukung Nan Jombang Dance Company di dalam berkarya,” tuturnya.

Sementara itu, Silvia Devi, dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumbar, yang ikut hadir bersama undangan lainnya, berharap Ery Mefri terus bergerak dan berproses. “Bagaimana merintis dengan gaya Ery Mefri. Dimana pandangannya terhadap seni tidak akan pernah berakhir,” kata Silvia.

Lanjutnya, Nan Jombang Dance Company harus terus maju di dalam berkesenian, dan menjadi wadah bagi generasi muda agar bisa mencapai kesuksesan di kancah nasional maupun internasional, seperti Ery Mefri.

Museum Tari Ery Mefri, kata Silvia lagi, diiharapkan bisa menjadi sumber informasi, tempat diskusi bertukar pikiran dalam memajukan seni, bagi generasi muda, pelaku dan peminat seni, serta masyarakat secara umum.

Sebelum pengguntingan janur tanda peresmian Museum Tari Ery Mefri, acara didahului dengan pertunjukan monolog oleh Boyke Sulaiman dengan judul “Sindao”, yang membuat hadirin banyak tertawa dengan penampilannya yang dinamis.

Kemudian pembacaan puisi dari seniman Sumbar di antaranya; Rizal Tanjung, “Catetan tahun 1946” karya Khairil Awar; Dadang Leona, “Kami muak dan bosan” karya Taufiq Ismail; Fauzul El Nurca, “Ini negriku” karya Fauzul El Nurca; Zamzami Ismail, “Negeri haha hihi” karya Mustafa Bisri; Syafiruddin Arifin, “Gunung yang angkuh” karya Syafiruddin Arifin; Andria Catri Tamsin, “Wajah Kita” karya Hamid Djabar dan Armeynd Sufhasril, “Palestina Muda”.

Di sela-sela acara, ada juga beberapa seniman lukis yang asyik membuat lukisan, dengan diiringi penampilan grup musik tradisional Parewa Limo Suku, yang membuat acara menjadi khidmat dan meriah dengan musik dan lagu-lagu tradisional Minang yang menyentuh, sambil menikmati kopi dari Kubik Cafe.

Turut hadir dalam acara peresmian Museum Tari Ery Mefri tersebut tokoh-tokoh dan seniman Sumbar, di antaranya; Khairul Jasmi, Shofwan Karim, Nofrizon, Hermawan, Indra Sakti Nauli, Yurnaldi, dan dari tokoh masyarakat Mentawai, Kristinus Basir Sagoilok, serta puluhan mahasiswa yang memakai baju kebesaran kampusnya.

Dalam rangkaian Peringatan 40 Tahun Ery Mefri Berkarya ini akan dilaksanakan selama 3 hari, 1-3 November 2023. Di samping peresmian museum akan ada juga peluncuran buku “Salam Tubuh pada Bumi”, serta KABA Festival dan Festival Nan Jombang. (Rel)