Rahmat Saleh: Membela Palestina adalah Nurani Bangsa, Bukan Sekadar Isu Politik  

oleh -30 Dilihat
oleh

Padang, Kliksiar— Hari itu, di bawah terik matahari yang membakar siang, ribuan orang berkumpul di Lapangan Kantor Gubernur Sumatera Barat. Mereka datang bukan untuk sekadar berdiri, bukan untuk sekadar melihat. Mereka datang membawa nurani, membawa suara yang tak boleh dibungkam, membawa semangat perjuangan yang telah lama menjadi bagian dari sejarah bangsa ini.

Di tengah lautan manusia itu, Anggota Komisi II DPR RI, Rahmat Saleh, berdiri tegak. Ia berbicara tidak dengan suara yang kosong, tetapi dengan keyakinan yang terpatri dalam hati. “Perjuangan membela kemerdekaan Palestina bukan milik satu partai atau ormas saja. Ini adalah perjuangan seluruh bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan,” ujarnya tegas.

Sejak dulu, bangsa ini tidak pernah diajarkan untuk tunduk pada ketidakadilan. Amanat konstitusi telah lama menggariskan sikap Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi. Palestina adalah saudara yang tertindas, dan bagi Indonesia, tidak ada ruang untuk keraguan dalam membela hak-haknya.

Di gedung-gedung parlemen, suara dukungan terhadap Palestina bukanlah suara yang terpecah. Rahmat memastikan, semua fraksi di DPR dan DPD telah menyatakan satu suara dalam isu ini. “Di DPR RI, tidak ada perbedaan sikap dalam isu ini. Semua fraksi, baik di DPR maupun DPD, sepakat dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Ini bukan soal ideologi, tapi soal kemanusiaan,” katanya.

Tetapi perjuangan tidak hanya bisa berhenti di atas meja diplomasi. Ada langkah lain yang harus terus diperkuat jalur diplomasi bilateral, keterlibatan Indonesia dalam forum internasional, tekanan politik terhadap mereka yang terus mengabaikan hak-hak Palestina. Solidaritas rakyat juga memiliki peran penting, menjadi suara yang menggema tanpa batas, mengingatkan dunia bahwa Indonesia tidak pernah tinggal diam.

Rahmat mengapresiasi langkah masyarakat Sumatera Barat yang tidak hanya berteriak dalam aksi, tetapi juga bertindak nyata. Penggalangan dana yang mencapai ratusan juta rupiah adalah bukti bahwa tangan yang memberi jauh lebih kuat daripada tangan yang menekan. Ini bukan sekadar simpati, bukan sekadar seruan, tetapi wujud nyata keberpihakan kepada kemanusiaan.

Ia pun mengingatkan, bahwa api solidaritas ini harus tetap menyala. Tidak boleh padam. Tidak boleh berhenti. Generasi muda harus terus menyuarakan isu ini, tidak hanya di jalanan, tetapi di ruang-ruang diskusi, di sekolah-sekolah, di setiap tempat di mana mereka bisa menanamkan kesadaran bahwa Palestina bukan sekadar nama di peta, tetapi bangsa yang tengah berjuang untuk hak-haknya.

“Kita harus terus jaga api solidaritas ini. Jangan sampai padam. Ini bukan isu musiman, ini perjuangan kemanusiaan,” tutupnya.

Long March dari Masjid Raya Sumatera Barat menuju Lapangan Kantor Gubernur menjadi saksi bahwa nurani Indonesia masih berbicara. Bahwa perjuangan bangsa ini tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk saudara-saudaranya yang masih tertindas. Dan selama ketidakadilan masih ada, selama hak-hak kemerdekaan masih dirampas, suara ini tidak akan pernah mati.  (***)